Shalat.
Bukan sekadar rutinitas lima kali sehari.
Tapi hadiah langsung dari langit, yang turun bukan melalui wahyu biasa, melainkan di malam Isra Mi’raj—langsung dari perjumpaan Nabi dengan Rabb semesta alam.
Kajian bersama dr. Ramadhanus baru saja membuka mata saya akan satu hal penting: shalat bukan hanya kewajiban, tetapi keajaiban.
Kenapa bisa begitu? Mari kita mulai dari hal yang paling mendasar—rakaat demi rakaat yang selama ini kita jaga, mungkin sekadar kewajiban. Tapi ternyata, di dalamnya tersimpan potensi pemulihan luar biasa, baik secara mental, spiritual, maupun fisik.
Air Mata di Sajadah, Tapi Hati Belum Juga Pulih?
Tak sedikit dari kita yang sudah menangis di atas sajadah...
Namun tetap saja terasa gelisah.
Mungkin karena shalat kita hanya berhenti di level gerakan, belum sampai pada kesadaran dan kehadiran.
Nabi Muhammad ﷺ sendiri mengalami banyak penderitaan: ditinggal orang yang dicintai, dicaci, disakiti, bahkan kelaparan. Namun satu hal yang tak pernah beliau tinggalkan: shalat.
Aisyah RA pernah heran melihat Rasulullah ﷺ tetap bersungguh-sungguh dalam shalat, padahal dosa-dosanya telah diampuni. Lalu Rasul menjawab,
"Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur?"
Dua Sayap Seorang Mukmin: Sabar & Syukur