30 Mei 2025

Keajaiban Shalat: Rakaat demi Rakaat, Menggugah Mental dan Menyembuhkan Jiwa

Shalat.
Bukan sekadar rutinitas lima kali sehari.
Tapi hadiah langsung dari langit, yang turun bukan melalui wahyu biasa, melainkan di malam Isra Mi’raj—langsung dari perjumpaan Nabi dengan Rabb semesta alam.

Kajian bersama dr. Ramadhanus baru saja membuka mata saya akan satu hal penting: shalat bukan hanya kewajiban, tetapi keajaiban.

Kenapa bisa begitu? Mari kita mulai dari hal yang paling mendasar—rakaat demi rakaat yang selama ini kita jaga, mungkin sekadar kewajiban. Tapi ternyata, di dalamnya tersimpan potensi pemulihan luar biasa, baik secara mental, spiritual, maupun fisik.

Air Mata di Sajadah, Tapi Hati Belum Juga Pulih?

Tak sedikit dari kita yang sudah menangis di atas sajadah...
Namun tetap saja terasa gelisah.
Mungkin karena shalat kita hanya berhenti di level gerakan, belum sampai pada kesadaran dan kehadiran.

Nabi Muhammad ﷺ sendiri mengalami banyak penderitaan: ditinggal orang yang dicintai, dicaci, disakiti, bahkan kelaparan. Namun satu hal yang tak pernah beliau tinggalkan: shalat.

Aisyah RA pernah heran melihat Rasulullah ﷺ tetap bersungguh-sungguh dalam shalat, padahal dosa-dosanya telah diampuni. Lalu Rasul menjawab,
"Apakah aku tidak pantas menjadi hamba yang bersyukur?"

Dua Sayap Seorang Mukmin: Sabar & Syukur

5 Kunci Kecukupan dalam Al-Baqarah 60 | Kajian EMPQ bersama Ustadz Rezha Rendy

Mempelajari Hal Baru, Sejatinya Membentuk Diri yang Baru

Pernahkah kamu merasa lelah mencari ketenangan?

Di tengah bisingnya dunia, ada yang memilih ke psikolog, ada yang berusaha melalui obat penenang, atau malah terjebak dalam overthinking yang tak berkesudahan. Namun ternyata, rasa tenang yang sesungguhnya... datang bukan karena siapa yang bicara, melainkan karena siapa yang kita ajak bicara.

Hari ini saya mengikuti sebuah kajian yang mengubah pandangan saya terhadap Al-Qur'an—Exclusive Mentoring Powerful Qur’an (EMPQ) bersama Ustadz Rezha Rendy, founder PPA. Dari sekadar mencari ilmu, saya sadar… saya sedang diajak menyelami lautan luas bernama Al-Qur’an. Dan ketika kita menyelaminya, kita bukan hanya menemukan ketenangan, tapi juga kecukupan dan keajaiban pertolongan Allah.

Al-Baqarah 60: Sebuah Peta Menuju Kecukupan

"Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: 'Pukullah batu itu dengan tongkatmu!' Maka memancarlah daripadanya dua belas mata air. Setiap suku telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. Makan dan minumlah dari rezeki yang diberikan Allah, dan janganlah kamu membuat kerusakan di bumi." (QS. Al-Baqarah: 60)

28 Mei 2025

Memaknai Zuhud dan Memahami Kekayaan: Membangun Mentalitas Inner Wealth | Kajian The Richness of the Soul

Dalam hiruk-pikuk dunia yang menuntut kecepatan, pencapaian, dan kesuksesan materi, tak jarang kita lupa untuk bertanya: “Apa sebenarnya makna kekayaan?” Dan lebih dalam lagi, “Apakah kita sudah cukup tenang untuk merasa kaya?”

Tulisan ini merupakan refleksi hati setelah mengikuti kajian "The Richness of the Soul" bersama Coach Sonny Abi Kim. Kajian yang bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga mengguncang kesadaran tentang apa itu zuhud, mental kaya, dan kekayaan sejati yang kerap disalahpahami.

Zuhud Bukan Menolak Kekayaan

Banyak yang salah paham. Zuhud sering diartikan sebagai hidup miskin atau menjauhi harta. Padahal, para ulama mendefinisikan zuhud sebagai melepaskan ketergantungan hati dari dunia, bukan menolak dunia itu sendiri.

Imam Ahmad bin Hanbal menjelaskan: “Zuhud itu bukan berarti engkau tidak memiliki harta, tapi zuhud adalah ketika harta tidak menguasai hatimu.”

Zuhud adalah tentang kesadaran spiritual — bahwa kita bukan makhluk duniawi semata, tapi memiliki tujuan yang jauh lebih agung. Zuhud memerdekakan hati dari kekhawatiran akan kekurangan, dari jerat keserakahan, dan dari kerakusan yang membuat jiwa lelah mengejar dunia yang fana.

Ketika Ramah Tak Lagi Cukup: Perjalanan Pulang Menuju Diri yang Pulih

Aku baik-baik saja kok...”

Kalimat sederhana ini sering kita ucapkan—padahal di baliknya tersembunyi kemarahan, kelelahan, dan kesedihan yang tak pernah diberi ruang. Kita tersenyum pada tetangga, memeluk anak dengan sabar, bahkan melayani keluarga dengan sepenuh tenaga. Tapi di dalam hati, ada bagian dari diri kita yang sesak, capek, dan menangis dalam diam.

Kenapa hati ini rasanya lelah terus-menerus, meski dari luar kita tampak ramah?

Antara Senyum dan Luka yang Tak Terlihat

Menjadi seorang ibu bukan hanya soal peran, tetapi juga tentang jiwa yang membawa rekaman masa lalu. Kadang kita marah, tapi tak tahu dari mana asalnya. Kadang kita mudah tersinggung, tapi tak sempat menyelami penyebabnya. Di balik semua itu, ada luka yang mungkin belum sempat kita sembuhkan—luka dari pengasuhan masa lalu, luka dari suara-suara yang dulu menekan dan kini diam-diam mengatur respon kita sebagai orang tua.

“Kamu harus nurut.”
“Anak baik itu nggak banyak nanya.”
“Mama capek. Jangan bikin ribut.”

Suara-suara ini hidup dalam diri. Menjadi pola pikir. Menjadi cara kita merespons anak. Dan tanpa sadar, kita ulang kembali pola itu… meski dengan wajah yang tampak sabar.

25 Mei 2025

Patah untuk Bertumbuh: Saat Luka Menjadi Pintu Bertemu Cinta-Nya | Seminar Half Day With Coach Sonny Abi Kim

Pagi itu aku duduk di barisan depan di Ruangan Mahony Claro Hotel, Tema seminar hari ini sederhana namun menyentuh dalam: “Patah untuk Bertumbuh.” Saya belum tahu bahwa pagi itu akan menjadi titik baru untuk memahami patah, bukan sebagai akhir, tetapi sebagai proses tumbuh — yang seharusnya saya rayakan, bukan sembunyikan.

Di depan, sebuah gambar bunga dandelion tampil di layar. Lalu Coach Sonny Abi Kim menyampaikan satu kalimat pembuka yang langsung menusuk ruang batin:

“Bunga Dandelion ini unik. Meski mudah patah, namun ketika patah, ia akan tumbuh kembali. Bahkan patahannya menumbuhkan kehidupan baru…”

Hatiku diam-diam mengangguk.

Ada sesuatu yang tersentuh. Dan di situlah semuanya bermula. Aku belajar — patah adalah pintu.

22 Mei 2025

Redefinisi Sukses: Sudahkah Kita Mengarah ke Sana? | Kajian Baik Sangka

 "Sudah Sukses?"

Pertanyaan singkat, tapi menghentak.
Sudahkah kita benar-benar paham apa itu sukses yang sejati?

Di tengah riuhnya dunia—target finansial, pencapaian profesional, standar sosial—kita sibuk mengejar.
Ingin disebut berhasil.
Ingin terlihat mapan.
Ingin merasa cukup.

Tapi sejenak... mari kita berhenti.
Lalu bertanya pada diri sendiri:
Apa benar itu semua adalah “sukses”?

Saat Dunia Dijadikan Tujuan

Memiliki perusahaan besar, rumah megah, mobil mewah, atau nama yang dikenal publik—tidak salah.
Tapi bila semua itu menjadi tujuan utama, kita perlu waspada…

Hati akan selalu merasa kurang,
Hidup terasa kosong,
Dan jiwa tak pernah benar-benar tenang.

Karena dunia memang diciptakan penuh fatamorgana.
Indah, tapi menipu.
Gemerlap, tapi sementara.

21 Mei 2025

Tawafkan Hatimu: Saat Ka’bah Mengajarkan Kita Menjadi Diri yang Baru | By : Ust Rezha Rendy

TAWAFKAN HATIMU 

By : Ust Rezha Rendy

Keluargaku semua... 

Ada banyak pesan cinta-Nya bertebaran jika kita jeli mencoba membacanya.. Dan pesan-pesan itulah yang akan merubah diri kita sepulang umroh ini. Dan masyaallah tiap orang berbeda-beda Allah titipkan pesan.. 

Bukankah hanya yang mencarilah yang mendapatkannya.. 

Dari sebegitu banyak pesan cinta-Nya ada satu pesan yang sangat saya pegang dan ini kuncibdari seluruh pertolongan Allah. 

Apa itu? 

Tawafkan Hatimu 

Sewaktu saya tengah memandangi Ka'bah Allah ingatkan dengan surat At-Tin.. Hingga sampailah di 2 ayat yg membuat saya terdiam merenungkan. 

وَهٰذَا الْبَلَدِ الْاَمِيْنِۙ.. لَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ فِيْٓ 

اَحْسَنِ تَقْوِيْمٍۖ

dan demi negeri (Mekah) yang aman ini. Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, (QS. At Tin 3-4).

Menemukan Tenang dalam Keriuhan: Seni Jeda di Tengah Dunia yang Bising

Pernahkah kita merasa dunia terlalu bising, terlalu cepat, dan terlalu penuh tuntutan? Kita mungkin berpikir, solusi terbaik adalah melarika...

Popular Posts