28 Mei 2025

Memaknai Zuhud dan Memahami Kekayaan: Membangun Mentalitas Inner Wealth | Kajian The Richness of the Soul

Dalam hiruk-pikuk dunia yang menuntut kecepatan, pencapaian, dan kesuksesan materi, tak jarang kita lupa untuk bertanya: “Apa sebenarnya makna kekayaan?” Dan lebih dalam lagi, “Apakah kita sudah cukup tenang untuk merasa kaya?”

Tulisan ini merupakan refleksi hati setelah mengikuti kajian "The Richness of the Soul" bersama Coach Sonny Abi Kim. Kajian yang bukan hanya menambah wawasan, tetapi juga mengguncang kesadaran tentang apa itu zuhud, mental kaya, dan kekayaan sejati yang kerap disalahpahami.

Zuhud Bukan Menolak Kekayaan

Banyak yang salah paham. Zuhud sering diartikan sebagai hidup miskin atau menjauhi harta. Padahal, para ulama mendefinisikan zuhud sebagai melepaskan ketergantungan hati dari dunia, bukan menolak dunia itu sendiri.

Imam Ahmad bin Hanbal menjelaskan: “Zuhud itu bukan berarti engkau tidak memiliki harta, tapi zuhud adalah ketika harta tidak menguasai hatimu.”

Zuhud adalah tentang kesadaran spiritual — bahwa kita bukan makhluk duniawi semata, tapi memiliki tujuan yang jauh lebih agung. Zuhud memerdekakan hati dari kekhawatiran akan kekurangan, dari jerat keserakahan, dan dari kerakusan yang membuat jiwa lelah mengejar dunia yang fana.

Rezeki: Bukan Soal Angka, Tapi Soal Rasa

Sering kali kita menyempitkan makna rezeki sebatas materi. Padahal, rezeki itu rasa yang kita nikmati, bukan hanya angka yang kita kumpulkan.

Imam Hasan Al-Bashri berkata:

"Aku tahu rezekiku tidak akan bisa diambil orang lain. Karena itu, hatiku pun jadi tenteram. Aku tahu amalku tidak akan bisa dilakukan oleh selainku. Karena itu, aku pun sibuk beramal."

Kata-kata ini menyejukkan jiwa. Rezeki tak pernah tertukar. Maka mengapa kita harus khawatir? Yang seharusnya membuat kita sibuk adalah amal, bukan sekadar kalkulasi pemasukan.

Scarcity Thinking vs Abundance Thinking

Scarcity thinking (mentalitas kekurangan) adalah akar dari kecemasan dan perlombaan tak sehat. Ini adalah pola pikir yang percaya bahwa hidup ini serba terbatas, sehingga orang cenderung:

  • takut berbagi,

  • menyembunyikan ilmu,

  • dan curiga terhadap keberhasilan orang lain.

Sebaliknya, abundance thinking (mentalitas berkelimpahan) melihat dunia sebagai ladang luas yang penuh peluang:

  • kita menang dengan berkolaborasi,

  • berbagi pengetahuan,

  • dan yakin bahwa kebaikan itu tidak terbatas.

Dalam Al-Qur’an, Allah mengecam mindset jahiliyah yang takut miskin:

"Janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut miskin. Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka..."
(QS. Al-An’am: 151)

Jika dulu bentuknya adalah mengubur bayi karena takut miskin, maka bentuk modernnya adalah membatasi hidup karena ketakutan yang sama. Kita lupa bahwa Allah Maha Kaya, dan kita adalah hamba-Nya.

Hijrah Menuju Mentalitas Inner Wealth

اجتهادك فيما ضمن لك وتقصيرك فيما طلب منك
دليل على انطماس البصيرة منك

– Ibnu Atha'illah As-Sakandari

"Kegigihanmu dalam mencari apa yang telah dijamin untukmu, dan kelalaianmu dalam mengerjakan apa yang diminta darimu, adalah tanda kebutaan mata hatimu."

Tiga langkah hijrah mentalitas menuju inner wealth:

  1. From Money to Worship
    Niat bekerja bukan sekadar untuk uang, tetapi sebagai ibadah.

  2. From Money to Meaning
    Pekerjaan menjadi sarana memberi manfaat, bukan sekadar mencari penghasilan.

  3. From Money to Mission
    Di mana pun kita berperan, kita sadar bahwa misi hidup adalah amal shalih.

Doa Nabi: Merawat Keteguhan Hati

Ketika resah datang, Nabi Muhammad SAW memanjatkan doa ini:

"Allahumma inni a'udzu bika minal hammi wal hazan,
wa a'udzu bika minal 'ajzi wal kasal,
wa a'udzu bika minal jubni wal bukhli,
wa a'udzu bika min ghalabatid-dayni wa qahrir-rijal."

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa cemas dan sedih, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan kikir, serta dari lilitan hutang dan tekanan manusia.)

Doa ini adalah penopang hati. Sebab kekayaan sejati bukan di saldo, tapi di dada.

Latihan Membangun Mentalitas Berkelimpahan

Tanyakan pada diri Anda hari ini:

  • Apakah saya bekerja karena takut miskin atau karena ingin bermanfaat?

  • Apakah saya menyimpan lebih banyak daripada saya berbagi?

  • Apakah saya percaya bahwa rezeki itu pasti, asal saya taat?

Mulailah hari ini dengan berbagi — ilmu, doa, waktu, perhatian, atau materi. Karena berbagi adalah jalan tercepat membentuk mentalitas berkelimpahan.

💬 Tulis di jurnal Anda malam ini: Apa yang saya syukuri hari ini, dan apa yang bisa saya berikan besok?


Kunci Kekayaan Sejati

Kekayaan sejati bukan soal angka, tetapi tentang:

  • Hati yang lapang

  • Niat yang bersih

  • Amal yang berlimpah

  • Rasa cukup yang menenangkan

Maka rilekslah...
Tenangkan hatimu. Fokus pada ikhtiar terbaik. Bersandar pada jaminan Allah. Sebab yang Maha Memberi, mampu mengambil dalam sekejap, dan juga memberi secara tiba-tiba—lebih dari yang kita bayangkan.

📌 Latihan Hati:

Bangun mentalitas berkelimpahan dengan berbagi.
Mulailah hari ini dengan infaq terbaikmu, sesuai kemampuan. Niatkan untuk menyucikan hati, menjemput keberkahan, dan memperluas makna zuhud dalam hidupmu.

👉 Klik untuk berinfaq dan Dapatkan Record kajian + Materi 7 Sesi
🔗 AKSES DISINI

THE NEW ME | Refleksi Diri – Menyentuh Jiwa

“Saat kita belajar hal baru, kita tak lagi menjadi orang yang sama. Kita sedang melahirkan diri yang baru: lebih sadar, lebih lapang, lebih bertumbuh.”


SW-Refleksi Satu Hati 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menemukan Tenang dalam Keriuhan: Seni Jeda di Tengah Dunia yang Bising

Pernahkah kita merasa dunia terlalu bising, terlalu cepat, dan terlalu penuh tuntutan? Kita mungkin berpikir, solusi terbaik adalah melarika...

Popular Posts