25 Mei 2025

Patah untuk Bertumbuh: Saat Luka Menjadi Pintu Bertemu Cinta-Nya | Seminar Half Day With Coach Sonny Abi Kim

Pagi itu aku duduk di barisan depan di Ruangan Mahony Claro Hotel, Tema seminar hari ini sederhana namun menyentuh dalam: “Patah untuk Bertumbuh.” Saya belum tahu bahwa pagi itu akan menjadi titik baru untuk memahami patah, bukan sebagai akhir, tetapi sebagai proses tumbuh — yang seharusnya saya rayakan, bukan sembunyikan.

Di depan, sebuah gambar bunga dandelion tampil di layar. Lalu Coach Sonny Abi Kim menyampaikan satu kalimat pembuka yang langsung menusuk ruang batin:

“Bunga Dandelion ini unik. Meski mudah patah, namun ketika patah, ia akan tumbuh kembali. Bahkan patahannya menumbuhkan kehidupan baru…”

Hatiku diam-diam mengangguk.

Ada sesuatu yang tersentuh. Dan di situlah semuanya bermula. Aku belajar — patah adalah pintu.

Patah Itu Nyata, Tapi Tidak Selalu Sama

Kita semua mengalami luka. Bentuknya berbeda-beda: kehilangan, penolakan, kegagalan, pengkhianatan, ketidakadilan, dan sebagainya. Tapi nyatanya, manusia merespons trauma hidup dengan beragam cara. Coach Sonny membaginya menjadi tiga kategori:

  1. Post Traumatic Stress Disorder (PTSD) – mereka yang jatuh dan tak mampu bangkit.

  2. Recover to Normal – mampu bangkit dan kembali ke titik awal.

  3. Post Traumatic Growth (PTG) – tumbuh menjadi jauh lebih kuat dan bijak daripada sebelumnya.

Sebagian besar dari kita mungkin ada di titik dua — kembali seperti semula. Tapi tidakkah kita ingin lebih dari itu? Bangkit lebih baik dari sebelum kita jatuh?

Saat Patah Membuka Cahaya

Terkadang, patah itu penting. Ia membuka hati yang selama ini tertutup. Dari retak itu, cahaya bisa masuk. Patah menjadi jalan hidayah.

Ibnul Qayyim rahimahullah pernah berkata:

“Kesedihan akan melemahkan qalbu dan tekad yang kuat serta membahayakan keinginan. Tidak ada sesuatu yang paling dicintai oleh setan daripada kesedihan seorang mukmin.”

Tapi justru dari patah itu, Allah bisa hadir. Luka bukan musuh. Ia adalah sinyal bahwa hati sedang butuh disentuh.

Tiga Langkah Pulih dan Bertumbuh

1. Mengaku: Karena Luka Tak Akan Sembuh Jika Diabaikan

Langkah pertama adalah mengaku. Tanpa ini, kita hanya sedang menumpuk bom waktu.

Ada tiga kesalahan yang sering kita lakukan terhadap emosi:

  • Menekan: berpura-pura kuat, padahal dalamnya retak.

  • Mengabaikan: “Ya sudahlah...” tapi rasa itu tetap hidup di bawah sadar.

  • Mengekspresikan secara destruktif: meluap tak karuan, menyakiti diri dan orang lain.

Mengaku artinya jujur terhadap rasa sendiri. Dan inilah kunci awal dari taubat: ngaku salah. Bukan hanya pada dosa, tapi juga pada rasa yang selama ini kita nafikan.

Lalu kita belajar mensyukuri nikmat di tengah luka. Betapa sering kita lupa bernapas itu nikmat. Sujud itu karunia. Kita kehilangan satu hal, lalu mengabaikan seratus kebaikan lain yang Allah titipkan.

“Abuu'u laka bini'matika ‘alayya…”
Aku mengakui nikmat-nikmat-Mu atasku. (Sayyidul Istighfar)

2. Mengadu: Karena Hati Tak Akan Pulih Tanpa Tempat Bersandar

Di tahap kedua, kita mengadu. Bukan pada manusia, tapi pada Pemilik Hati.

“Kalau sandal saja putus, Nabi SAW mengadu pada Allah.”

Maka bagaimana dengan hatimu yang patah?

Allah sangat rindu mendengar rintihan hamba-Nya. Bahkan dalam hadis qudsi disebut:

“Pergilah pada hamba-Ku dan timpakanlah ujian, karena Aku ingin mendengar rintihannya.”

Saat doa tak hanya berisi permintaan, tapi juga pengakuan — itulah heartful prayer. Sebuah pengaduan yang jujur, utuh, penuh keyakinan bahwa hanya Allah yang mampu membasuh luka kita.

“Jangan putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Dia mengampuni seluruh dosa…”
(QS Az-Zumar: 53)

3. Memilih Kendali: Karena Hidup Bukan Tentang Apa yang Terjadi, Tapi Bagaimana Kita Merespon

Tahap ketiga adalah memilih kendali. Kita tak bisa memilih dilahirkan dalam keluarga tertentu, wajah tertentu, bahkan takdir tertentu. Tapi kita bisa memilih untuk meresponnya dengan iman dan ikhtiar.

“Rezeki memang di luar kendali. Tapi usaha adalah wilayah kendali kita.”

Jangan sibuk dengan yang tak bisa diubah, fokuslah pada yang bisa. Dan kuncinya adalah: niatkan semua agar disayang Allah.

“Kalau sudah disayang Allah, semua yang kita butuhkan akan datang. Bukan karena kita minta, tapi karena Dia tahu apa yang kita perlukan.”

Motivasi Tertinggi: Disayang Allah

Kalau hidup ini tentang motivasi, maka motivasi terbaik bukan tentang pencapaian dunia. Tapi: ingin disayang Allah.

Jika sudah disayang Allah, maka semua akan dimudahkan. Rezeki, jodoh, kesembuhan, kelapangan, keikhlasan, kekuatan.

Dan itu hanya bisa diraih jika kita berani patah, lalu tumbuh.

Jika Engkau Bertanya, “Apakah Allah Mencintaiku?”

Apakah Allah mencintaiku?
Pertanyaan yang membawaku pada lembaran Qur’an...
Kudapati Allah mencintai orang yang sabar...
Kulihat diriku, ah... betapa sedikitnya sabarku.
Kudapati Allah mencintai yang berjihad...
Ah, betapa lemahnya aku...
Kudapati Allah mencintai yang berbuat ihsan...
Aku terlalu jauh.
Namun kutemukan...
Allah mencintai orang-orang yang bertaubat...
Dan di situlah aku berdiri:
Mengaku dan mengadu.
Karena mungkin, itulah awal dari cintanya padaku...

Patah itu bukan akhir. Ia adalah undangan. Sebuah ajakan untuk pulang.

Mari, pulang.
Kepada-Nya.
🌿

Apabila kamu merasa tulisan ini menggugah atau kamu sedang berada di fase "patah", bagikan tulisan ini. Karena mungkin, seseorang di luar sana sedang menanti satu cahaya — dan kamu bisa menjadi jalan bagi cahayanya.

Tulisan ini adalah ikat ilmu, agar ia tak hilang.
Agar ketika kelak kita kembali patah, kita tahu:
Sudah ada jalan pulang. Kita hanya perlu melangkah ulang.


Ditulis oleh: SW– untuk THE NEW ME
Mengikat ilmu, merawat jiwa.


Rekomendasi Bacaan Bermutu

Berdamai Dengan Diri

Karya Terbaru Coach Sonny Abi Kim "BERDAMAI DENGAN DIRI"

Hidup gak akan selalu mulus. Tapi kamu selalu bisa memilih untuk berdamai dengan diri sendiri…

Baca Selengkapnya di SINI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menemukan Tenang dalam Keriuhan: Seni Jeda di Tengah Dunia yang Bising

Pernahkah kita merasa dunia terlalu bising, terlalu cepat, dan terlalu penuh tuntutan? Kita mungkin berpikir, solusi terbaik adalah melarika...

Popular Posts