30 September 2025

“Otrovert: Kepribadian Baru di Luar Introvert & Ekstrovert | Ciri, Kekuatan, dan Tantangannya”


 “Saya tidak merasa cocok di kelompok mana pun. Tapi bukan berarti saya anti-sosial. Saya bisa dekat dengan orang, hanya saja tidak pernah merasa benar-benar ‘menjadi bagian’.”

Apakah Anda pernah merasakan hal yang sama? Nyaman bergaul, tapi sekaligus merasa seperti “orang luar” dalam sebuah kelompok? Jika iya, bisa jadi Anda termasuk dalam kategori kepribadian yang belakangan ini semakin banyak dibicarakan: otrovert.

Konsep ini diperkenalkan oleh psikiater asal Amerika Serikat, Dr. Rami Kaminski, sebagai alternatif baru selain introvert, ekstrovert, dan ambivert. Menariknya, kepribadian ini dianggap bisa menjelaskan pengalaman unik yang selama ini sulit diletakkan dalam kotak-kotak kepribadian klasik.

Mari kita mengenal lebih dalam.

Apa Itu Otrovert?

Istilah otrovert berasal dari kata Spanyol “otro” yang berarti “lain” atau “yang berbeda”, lalu digabungkan dengan akhiran -vert sebagaimana introvert atau ekstrovert. (Oprah Daily)

Dr. Kaminski menjelaskan bahwa otrovert adalah individu yang ramah, pandai berhubungan secara personal, namun tidak pernah benar-benar merasa “menjadi bagian” dari suatu kelompok. Mereka bisa hadir dalam lingkaran sosial, bahkan diterima dengan baik, tetapi tetap memiliki jarak emosional terhadap identitas kolektif atau tradisi kelompok.

Dengan kata lain, otrovert tidak kesulitan berhubungan dengan orang per orang, tapi merasa asing terhadap dinamika kelompok secara keseluruhan.

16 September 2025

Finding Inner Peace – Menemukan Ketenangan di Kedalaman Makna | Doa Nabi untuk Jiwa yang Tenang

Finding Inner Peace – Menemukan Ketenangan di Kedalaman Makna

(Pertemuan ke-17 bersama Ustadz Sonny Abi Kim) 

1. Ketenangan dan Faktor Penentu

Kebahagiaan dan ketenangan memang dipengaruhi kondisi eksternal seperti pekerjaan, kesehatan, atau lingkungan. Namun porsinya kecil—hanya sekitar 10%. Faktor terbesar penentu ketenangan adalah internal state of mind: kondisi batin, niat, dan aktivitas sadar (intentional activity) yang kita pilih.

Artinya, seburuk apa pun keadaan luar, jika batin kokoh, kita tetap bisa menemukan kedamaian.

2. Teladan dari Para Nabi dan Gaza

Para nabi dan rasul adalah teladan nyata: meski menghadapi ujian berat, hati mereka tetap tenang. Hari ini kita menyaksikan hal serupa pada masyarakat Gaza.

Walau kehilangan rumah, keluarga, bahkan rasa aman, banyak di antara mereka tetap tersenyum, lisannya basah dengan dzikrullah, dan hatinya ridha kepada Allah.

Rahasia mereka ada pada mentalitas batin yang ditempa sejak dini: fondasi iman yang kokoh.

13 September 2025

Menjemput Rezeki – The Last Level | Rahasia Besar Istighfar - Ustadz Andre Raditya


Sebuah Pagi yang Mengubah Cara Pandang

Pagi ini, aku kembali duduk menyimak kajian online Meaningful Wais yang selalu menjadi pengingat untuk hati. Ada rasa tenang sekaligus antusias setiap kali menyambut ilmu baru. Seperti membuka jendela, cahaya masuk, dan tiba-tiba pandangan kita lebih luas.

Kajian kali ini menghadirkan Ustadz Andre Raditya dengan tema “Menjemput Rezeki – The Last Level”. Dari awal, beliau sudah menekankan sesuatu yang sederhana tapi sering kita lupakan: solusi hidup itu istighfar.

Kalimat itu menempel kuat di hati. Seakan menegur dengan lembut, “Kamu sudah berusaha, sudah lelah ke sana ke mari, tapi apakah sudah benar-benar kembali kepada Allah dengan istighfar?”

Dan di titik itulah aku merasa, belajar sesuatu yang baru memang mengubah diri kita. Saat kita menguasainya, kita tak lagi sama dengan yang kemarin. Itulah inti dari perjalanan The New Me.



Istighfar: Bukan Sekadar Ucapan, Tapi Napas Kehidupan

Sering kali kita menganggap istighfar hanyalah lafaz di lisan. Namun, Ustadz Andre mengingatkan bahwa istighfar adalah napas kehidupan—sumber ketenangan jiwa.

Allah sendiri menegaskan dalam QS. Nuh ayat 10–12 bahwa istighfar bukan hanya membuka pintu ampunan, tapi juga pintu-pintu rezeki:

“Mohonlah ampun kepada Tuhanmu. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun. Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit kepadamu, memperbanyak harta dan anak-anakmu, serta mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu.” (QS. Nuh: 10–12)

Ternyata, istighfar bukan hanya soal dosa masa lalu. Ia adalah kunci masa depan.

14 Agustus 2025

Berhenti Menyiksa Diri dengan Pikiran Berlebihan — Saatnya Hidup Tenang dan Penuh Keyakinan

Dari Pikiran yang Kusut, Menuju Hati yang Tenteram

Bismillah…
Pernahkah kita merasa lelah, bukan karena tubuh, tetapi karena pikiran yang tak pernah diam? Kita memutar ulang masa lalu yang tak bisa diubah, atau sibuk membayangkan masa depan yang belum tentu terjadi. Hati terasa sesak, langkah pun berat.

Inilah overthinking — pencuri ketenangan yang bekerja diam-diam, namun mampu melumpuhkan semangat. Jika dibiarkan, ia bukan hanya menggerogoti produktivitas, tetapi juga perlahan mengikis iman.

Hari ini, saatnya kita berkata: cukup!
Lepaskan beban pikiran itu, dan rasakan kembali nikmatnya hati yang ringan. Karena hidup yang penuh keyakinan hanya dimulai ketika kita berani menyerahkan semua urusan kepada Allah, bukan kepada kekhawatiran.

09 Agustus 2025

Hope Beyond the Storm — Harapan di Balik Badai Hidup

Menghadapi Badai Kehidupan: Pelajaran dari Surat At-Talaq

Tidak ada satu pun dari kita yang benar-benar bebas dari badai kehidupan. Ada yang datang dalam bentuk kehilangan orang yang dicintai, perpisahan, kesulitan finansial, atau kegagalan yang mematahkan semangat.

Namun, Al-Qur’an mengajarkan: badai bukanlah akhir dari cerita, melainkan pintu menuju harapan baru.
Salah satu surat yang mengajarkan hal ini adalah Surat At-Talaq—surat yang kerap diasosiasikan dengan perpisahan, namun sebenarnya penuh janji kebaikan dari Allah.

Mengapa Surat At-Talaq Bukan Sekadar Tentang Perceraian

Nama “At-Talaq” mungkin memberi kesan berat, tetapi Allah justru menyelipkan pelajaran mendalam tentang keteguhan hati, kesabaran, dan keyakinan.

Seperti hujan yang menyejukkan setelah badai, ayat-ayatnya membawa pesan: bahkan di saat kita kehilangan, Allah tetap hadir memberi petunjuk dan jalan keluar.

29 Juli 2025

Ketika Tubuh Berontak: Memahami Autoimun pada Perempuan dari Lensa Dr. Gabor Maté dan Pandangan Islam

"80% Penyakit Autoimun Terjadi pada Perempuan... Kenapa?"

Sebagai seorang Sifillah—perempuan yang sedang bertumbuh dan menata kehidupan dengan sadar—saya tercengang ketika mendengar sebuah paparan dari Dr. Gabor Maté dalam sebuah podcast. Paparan itu bukan hanya membuka pemahaman baru tentang penyakit autoimun, tetapi juga menampar kesadaran saya tentang bagaimana budaya, peran sosial, dan luka batin yang tak tersuarakan dapat menggerogoti tubuh perempuan secara perlahan.

Autoimun: Ketika Tubuh Menyerang Dirinya Sendiri

Dalam penjelasannya, Dr. Gabor Maté menyebut bahwa sekitar 80% penderita penyakit autoimun adalah perempuan. Ini bukan sekadar data statistik medis. Ini adalah suara tubuh yang selama ini tidak terdengar. Suatu alarm sistemik bahwa ada yang salah dalam pola hidup emosional dan sosial perempuan.

Autoimun adalah kondisi ketika sistem kekebalan tubuh, yang seharusnya melindungi dari infeksi dan penyakit, justru menyerang jaringan sehat tubuh sendiri. Gejalanya bisa berupa kelelahan kronis, nyeri sendi, ruam, gangguan pencernaan, hingga depresi. Namun yang menjadi pertanyaan besar adalah: mengapa mayoritas penderita adalah perempuan?

23 Juli 2025

Basic of Inner Game – Pondasi Menata Batin | Saat Badai Datang, Ruang Batin adalah Pelindung Kita

 

“Hambatan terbesar bukan di luar, tapi di dalam.”

Dalam dunia yang penuh distraksi dan gejolak, tak mudah menjaga kejernihan batin. Tapi justru di situlah keahlian hidup yang paling penting: kemampuan untuk mengelola diri. Inner Game, sebagaimana dijelaskan oleh Coach Sonny Abi Kim, adalah pondasi awal yang menentukan arah transformasi diri.

1. Semua Dimulai dari Dalam Diri

Kita sering sibuk memperbaiki hasil — relasi, rezeki, kesehatan — padahal akarnya bukan di luar, melainkan di pikiran dan perasaan. Perubahan hidup sejati dimulai ketika kita berani masuk ke ruang batin dan menata ulang keyakinan yang selama ini membentuk perilaku kita.

2. Kejadian Bukan Penyebab Perasaan

Bukan kejadian yang menyakiti kita, tapi pikiran kita tentang kejadian itu. Kesadaran ini membebaskan: kita tak perlu menunggu situasi berubah untuk merasa lebih baik — kita hanya perlu mengubah cara memandangnya.

3. Kemampuan Memilih Adalah Karunia

Allah memberikan manusia ikhtiar: kemampuan untuk memilih pikiran, bukan sekadar menjalani pikiran otomatis. Ketika kita memilih pikiran yang lebih sehat, kita juga menciptakan emosi yang lebih damai dan respons yang lebih bijak.

“Otrovert: Kepribadian Baru di Luar Introvert & Ekstrovert | Ciri, Kekuatan, dan Tantangannya”

 “Saya tidak merasa cocok di kelompok mana pun. Tapi bukan berarti saya anti-sosial. Saya bisa dekat dengan orang, hanya saja tidak pernah m...

Popular Posts