Grounding bukan sekadar teknik menenangkan diri. Dalam perspektif Islami, grounding adalah perjalanan jiwa kembali berpijak — menyentuh bumi, menenangkan pikiran, dan mengingat Allah dalam setiap napas. Termasuk dalam perjalanan suci seperti Umroh, setiap langkahnya adalah bentuk grounding spiritual yang menuntun hati pulang.
Ketika Jiwa Terlalu Lama di Kepala
Ada masa di mana kita terlalu banyak berpikir, terlalu sering menganalisis,
hingga lupa merasakan.
Kita hidup di kepala —
mengulang skenario masa lalu, mengkhawatirkan masa depan,
sampai lupa satu hal penting: Allah hanya bisa kita temui di saat ini.
Dan di sinilah grounding menjadi pintu pulang.
Pulang ke tubuh, pulang ke bumi, pulang ke hati — tempat Allah menunggu dengan sabar. 🌿
Baca Juga Artikel sebelumnya tentang Hubungan Pikiran, Tubuh, dan Jiwa
Apa Itu Grounding?
Grounding berarti menyadari keberadaan diri sepenuhnya di momen kini.
Bukan tentang melupakan masalah, tapi menenangkan sistem saraf agar pikiran dan tubuh bisa kembali bersatu.
Secara psikologis, grounding adalah teknik self-regulation —
cara sederhana untuk mengembalikan tubuh dari kondisi fight or flight menuju rasa aman.
Namun dalam spiritualitas Islam, grounding lebih dalam dari itu:
ia adalah dzikir dalam bentuk kesadaran penuh.
Setiap kali kita hadir dalam gerak tubuh, dalam napas, dalam langkah,
dan menyadari “Allah bersamaku di sini,”
itulah grounding dalam makna paling lembutnya. 🌙








