25 Desember 2025

Ketika Disayang Menenangkan, Disakiti Mengacaukan Imun | Refleksi Sains dan Islam tentang Kesehatan Hati dan Tubuh

Artikel reflektif bernuansa Islami dari Sifillah | Ruang Perempuan tentang hubungan emosi, kesehatan hati perempuan, dan dampaknya pada sistem imun. Mengulas bagaimana rasa disayang menenangkan tubuh, luka batin melemahkan imun, serta pentingnya memilih lingkungan yang aman sebagai bagian dari proses healing perempuan dan self love Islami.

🌿 Tadabbur Perempuan: Hati, Tubuh, dan Rasa Aman

Dalam hidup, hampir setiap perempuan pernah berada di dua ruang yang sama-sama sunyi:
disayang dan disakiti.

Keduanya meninggalkan jejak.
Bukan hanya di hati, tetapi juga di tubuh.

Islam tidak pernah memisahkan jiwa dan raga.
Apa yang melukai batin, akan berbekas pada jasad.
Dan apa yang menenangkan jiwa, akan menguatkan raga.

Allah menciptakan kita utuh—bukan terpisah antara perasaan dan kesehatan.
Karena itu, apa yang kita rasakan di dalam, sering kali menentukan bagaimana tubuh bertahan di luar.

10 Desember 2025

Inner Healing Mastery: Strategi Menikmati Proses dan Sembuh Perlahan dengan Metode Letting Flow

Refleksi pembelajaran Inner Healing Sesi 12 bersama Coach Sonny Abi Kim tentang menikmati proses, merangkul rasa, dan memulihkan diri dengan lembut.

Sembuhkan Perlahan: Menikmati Proses, Merangkul Rasa, dan Memilih Bahagia Setiap Hari

Oleh: Sifillah – The New Me Journey
Mempelajari Hal Baru Sejatinya Membentuk Diri yang Baru. Saat Kita Menguasainya, Kita Tak Lagi Menjadi Orang yang Sama.

Rasa Syukur untuk Kesempatan Belajar yang Mengubah Hidup

Alhamdulillah…
Tidak ada kata lain yang lebih tepat menggambarkan rasa syukur saya mengikuti rangkaian kelas Inner Healing dari materi 1 hingga 12.

Setiap sesi selalu relate dengan kehidupan sehari-hari.
Ada cermin yang Allah hadirkan, ada luka yang akhirnya saya pahami, ada pola hidup yang mulai saya benahi, dan ada harapan yang tumbuh perlahan namun nyata.

Saya belajar bahwa proses penyembuhan jiwa bukanlah sprint. Ia seperti perjalanan panjang yang membutuhkan kesadaran, kejujuran, dan terutama — pertolongan Allah.

Sesi ke-12 bersama Coach Sonny Abi Kim ini menjadi salah satu yang paling reflektif. Ia mengajak kami kembali ke akar: menikmati proses, bukan terpaku pada hasil.

Artikel ini adalah rangkuman, refleksi pribadi, sekaligus pengingat agar kita semua berjalan lebih lembut pada diri sendiri.

05 Desember 2025

SANG MANUSIA TANAH: Menggemburkan Hati, Menumbuhkan Kehidupan

Artikel ini membahas makna mendalam dari konsep Sang Manusia Tanah dalam kajian EMPQ Level 3 Day 7. Mengupas tafsir QS. Al-Hijr: 26, hakikat penciptaan manusia, proses penggemburan hati, serta bagaimana sifat tanah menjadi metafora spiritual bagi perjalanan diri. Tulisan ini mengajak pembaca untuk kembali pada fitrah, memperbaiki kualitas hati, memperkuat tauhid, dan menumbuhkan kehidupan melalui langkah-langkah praktis “The New Me”. Cocok bagi Anda yang mencari inspirasi self-healing Islami, refleksi diri, pengembangan spiritual, serta motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih lembut, rendah hati, dan bermanfaat.

Kata kunci: manusia tanah, tafsir Al-Hijr 26, EMPQ, pembersihan hati, pengembangan diri Islami, self healing Islami, refleksi Qurani, tauhid, perbaikan diri, muslim growth mindset.

SANG MANUSIA TANAH: Menggemburkan Hati, Menumbuhkan Kehidupan

(Refleksi Materi EMPQ Level 3 | Day 7)
bersama Ustadz Rezha Rendy 

Prolog Sifillah

Ada momen dalam perjalanan belajar ketika kita tiba pada titik sunyi: titik yang membuat kita berhenti, menunduk, lalu bertanya pada diri sendiri—“Siapa aku sebenarnya di hadapan Allah?”

Hari itu, Day 7 dari EMPQ Level 3 seperti menyalakan lampu di ruang yang lama gelap. Aku merasa disentuh pada bagian diri yang paling dalam; bagian yang sering lupa bahwa aku bukan apa-apa tanpa Allah. Bahwa sehebat apa pun pencapaian, sekeras apa pun usaha, aku tetap adalah manusia tanah.

Materi ini bukan sekadar pengetahuan—ia adalah panggilan pulang.
Pulang pada fitrah.
Pulang pada kerendahan hati.
Pulang pada kebergantungan total kepada Allah.

Dan dari sinilah perjalanan the new me itu dimulai.

04 Desember 2025

Menguatkan Jiwa: Strategi Islami untuk Menata Emosi dan Bangkit dari Tekanan Hidup

Artikel ini membahas Inner Healing Sesi 11: Menguatkan Jiwa, panduan mendalam dari Coach Sonny Abi Kim tentang cara menghadapi luka batin, menemukan kekuatan jiwa, memahami takdir Allah, hingga praktik Letting Flow Therapy (SIRR). Tulisan ini berisi refleksi, analogi, doa, dan langkah praktis untuk mencapai ketenangan, keringanan hati, serta jiwa yang lebih besar dan ikhlas dalam menjalani hidup.

Menguatkan Jiwa: Menemukan Kejernihan Setelah Segala Luka

(oleh Sifillah – pembelajar Inner Game Life Coach Academy)*

Prolog: Rasa Syukur yang Menenangkan Jiwa

Di kelas Inner Healing, ada satu momen yang sulit dilupakan: saat Coach Sonny Abi Kim membuka sesi tentang Menguatkan Jiwa. Ada rasa syukur yang menetes lembut—bahwa Allah menghadirkan perjalanan ini bukan untuk menghakimi kita, tetapi untuk menguatkan hati yang selama ini mungkin pecah, lelah, atau terabaikan.

Duduk dalam lingkaran pembelajaran itu membuat saya sadar:
Bahwa setiap detik perjalanan menuju Allah adalah perjalanan kembali kepada diri sendiri—dalam bentuk yang lebih utuh, lebih ikhlas, dan lebih tenang.

Inilah sesi yang membuka pintu pemahaman baru:
Bahwa jiwa yang kuat tidak lahir dari hidup tanpa masalah, tetapi dari jiwa yang memilih untuk tetap lembut di tengah gelombang kehidupan.

Menguatkan Jiwa: Apa yang Sebenarnya Membuat Jiwa Menjadi Kuat?

Sesi ini dimulai dengan cerita sederhana.
Suatu hari, Coach Sonny berkunjung ke sebuah pesantren. Seorang kyai berkata:

“Kita harus punya cita-cita menjadi orang besar.”

Kalimat itu terasa ringan, tetapi juga membuat tercekat.
Apa arti menjadi orang besar?
Apakah ia berarti dihormati manusia? Populer? Disukai banyak orang?

Ternyata tidak.

Menurut sang kyai, “orang besar” adalah orang yang hidupnya lapang, jiwanya stabil, tidak mudah sedih berlarut, tidak tenggelam dalam kekhawatiran. Seorang yang berjiwa besar.

Makna ini kemudian diperdalam oleh firman Allah:

“Ingatlah, sesungguhnya wali-wali (kekasih) Allah itu
tidak ada rasa takut pada mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.”

(QS. Yunus: 62)

Orang besar bukanlah yang tampak hebat di mata manusia.
Orang besar adalah yang hebat di mata Allah.

01 Desember 2025

Merawat Niat, Merapikan Hidup: Cara Islami untuk Menata Hidup dari Dalam

Merawat Niat, Merapikan Hidup: Makna Lembut dari Kajian Meaningful Ways

Refleksi dan penulisan oleh Sifillah | The New Me

Pelajari bagaimana merawat niat dan merapikan hidup melalui pendekatan Islami dan inner game. Artikel ini merangkum Kajian Meaningful Ways bersama Kang Novie Setiabakti dengan langkah-langkah praktis, insight Qur’an, dan latihan harian untuk hidup lebih tenang dan tertuntun.

Ketika Hidup Terasa Penuh, Tapi Hati Terasa Kosong

Sebagai seorang pembelajar, aku sering merasa hidup dipenuhi aktivitas—namun tidak selalu terasa utuh. Dari sinilah aku memahami bahwa sering kali yang berantakan bukanlah jadwal kita, melainkan niat yang tidak jernih.

Kajian Meaningful Ways bersama Kang Novie membuka pintu baru:
Bahwa merawat niat adalah langkah pertama untuk merapikan hidup.

Ini bukan sekadar konsep spiritual, tapi juga inner game—permainan batin yang menentukan arah, energi, dan kualitas hidup kita setiap hari.

Apa Itu Merawat Niat? 

Merawat niat adalah proses membersihkan motivasi, menyadari tujuan, dan menata ulang arah batin agar selaras dengan Allah.
Niat yang jernih membuat hidup terasa:

  • lebih ringan

  • lebih tertuntun

  • lebih teratur

  • lebih bermakna

Sebaliknya, niat yang keruh membuat aktivitas terasa melelahkan meski tampak produktif.

30 November 2025

FINDING PEACE — Belajar Menjadi Manusia yang Damai, Berakar, dan Hadir


Finding Peace: Kedamaian Batin Bukan Hadiah dari Langit, tapi Keterampilan yang Perlu Dipelajari

(Refleksi Kajian “Meaningful Ways” Bersama Kang Harri Firmansyah – HCR.id)
Oleh Sifillah — Blog The New Me

Prolog: Pagi Ini Aku Belajar…

Pagi ini, dalam kajian Meaningful Ways bersama Kang Harri Firmansyah (Designer HCR.id), aku belajar sesuatu yang sederhana… tetapi menghentakkan jiwa:

Kedamaian itu bukan hadiah yang jatuh dari langit.
Ia adalah keterampilan.

Dan sama seperti keterampilan lain, kedamaian perlu dipelajari, dilatih, dan diulang.

Semua orang bilang ingin tenang.
Tapi hanya sedikit yang sungguh-sungguh mau belajar bagaimana cara mencapainya.

Sementara kalau akhir-akhir ini kamu sering merasa:

  • emosi makin mudah meledak,

  • pikiran cepat kusut,

  • hati terasa berat tanpa sebab…

mungkin bukan karena hidupmu kacau, tapi karena cara meresponmu belum naik kelas.

Di kelas ini, aku belajar bahwa kita tidak kurang ilmu.
Yang kurang hanyalah keahlian mengatur energi, bukan sekadar mengatur aktivitas.

Dan pagi ini, insyaAllah, kita akan menyelami:
bagaimana berpindah dari energi rendah (malu–takut–reaktif)
menuju energi tinggi (damai–jernih–bahagia).

Bismillah…

Selamat menikmati perjalanan ini.

29 November 2025

Dua Mata Pedang Kebosanan: Seni Menyelam Lebih Dalam ke Dalam Diri dan Al-Qur’an

Dua Mata Pedang Kebosanan: Seni Menyelam Lebih Dalam ke Dalam Diri dan Al-Qur’an

Refleksi Tadabbur Surat Al-Baqarah 61 | Bersama Sifillah

Prolog — Sebuah Bisikan dari Sifillah

Bismillah…
Kita semua sedang berjalan menuju Allah dalam ritme hidup yang terus berubah. Ada hari-hari penuh semangat, ada hari-hari di mana dada terasa sesak dan langkah terasa berat. Ada kalanya kita merasa dekat dengan-Nya, ada pula masa-masa di mana hati terasa jauh, kering, dan bosan.

Namun satu hal yang selalu benar:

Setiap langkah kecil menuju Allah tetap dicatat sebagai perjalanan pulang.

Di sinilah aku ingin mengajakmu menyelam lebih dalam—bukan hanya ke dalam ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi juga ke dalam ruang batinmu sendiri. Untuk menemukan apa yang sering tersembunyi di balik rasa bosan, lelah, dan gelisah:
bahwa Allah sedang mendidik kita.

Dan kadang… pendidikan itu hadir dalam bentuk ketidaknyamanan.

1. Kebosanan: Fitrah yang Bisa Menyelamatkan atau Merusak

Pada kelas EMPQ Level 3, Ustadz Rezha Rendy memulai dengan sesuatu yang sangat manusiawi:

Kebosanan.

Bosan dengan rutinitas.
Bosan dengan proses.
Bosan dengan perjuangan yang “tu-ti-la-li-tang”—begitu-begitu saja.

Fitrah. Semua manusia mengalaminya.

Namun kebosanan adalah pedang bermata dua:

**🔪 Jika dikendalikan → ia menjadi energi perubahan.

🔪 Jika dibiarkan → ia merusak apa yang sedang kita bangun.**

Dalam pekerjaan, kebosanan yang tak dikelola membuat seseorang mengeluh lalu merusak sumber rezekinya sendiri.
Dalam rumah tangga, kebosanan bisa berbuah keputusan-keputusan berbahaya.
Dalam perjalanan iman, kebosanan bisa membuat seseorang berhenti bertumbuh.

Karena itulah Allah tidak membiarkan tema ini berlalu begitu saja. Bahkan Allah mengabadikannya dalam Al-Qur’an—agar kita belajar dari kaum yang pernah rusak oleh rasa bosan.

Ketika Disayang Menenangkan, Disakiti Mengacaukan Imun | Refleksi Sains dan Islam tentang Kesehatan Hati dan Tubuh

Artikel reflektif bernuansa Islami dari Sifillah | Ruang Perempuan tentang hubungan emosi, kesehatan hati perempuan, dan dampaknya pada sis...

Popular Posts