Dalam kajian ke-10 Mentorship Lapang Dada, kita diajak untuk menyelami hakikat cinta sebagai energi pengubah dalam kehidupan. Tema “Membagi Cinta dengan Indah” bukan sekadar seruan emosional, melainkan ajakan sadar untuk menanamkan cinta sebagai napas dari seluruh interaksi dan sikap batin kita.
Kilas Balik: Jalan Menuju Pencerahan
Dalam pertemuan sebelumnya, kita membahas ciri-ciri orang yang tercerahkan, yang pada puncaknya adalah lapang dada. Sebuah kondisi batin yang jernih, terbuka, dan damai. Ada empat tanda utama dari pencerahan tersebut:
-
Sense of Intensity – Menemukan Rasa.
Saat jiwa mulai terbuka, kita jadi lebih mudah tergetar, lebih peka. Airmata menjadi teman setia. Seiring usia, seharusnya kita makin melembut, bukan mengeras. Pernahkah Anda melihat orang tua yang mudah menangis saat mendengar kisah menyentuh? Itulah tanda bahwa hatinya telah peka oleh pengalaman, bukan keras oleh ego. -
Feeling of Clarity – Menemukan Kejelasan Hikmah.
Orang yang tercerahkan memiliki kepercayaan penuh bahwa semua yang terjadi memiliki hikmah. Kejelasan ini bukan dari logika semata, tapi dari kepercayaan batin yang mendalam. -
Feeling of Surrender – Berserah dengan Indah.
Bukan pasrah dalam arti menyerah, tapi menyerahkan diri kepada kehendak Allah dengan percaya bahwa segala sesuatu dalam kendali-Nya. Ini adalah puncak kendali diri—mengelola yang bisa kita kendalikan, dan merelakan sisanya kepada Yang Maha Tahu. -
Sense of Unity & Connectedness – Perasaan Terhubung.
Iman yang utuh tak lepas dari rasa peduli terhadap sesama. Orang yang tercerahkan mudah berempati, memberi tanpa pamrih, dan memaafkan dari hati.
Cinta: Tenaga Dalam Kehidupan
“Dengan hidup yang hanya sepanjang setengah tarikan napas, jangan tanam apapun kecuali cinta.”
Cinta bukan sekadar perasaan. Cinta adalah energi kehidupan, bahan bakar tersembunyi di balik semua tindakan bermakna. Bahkan dalam upaya kita mendidik anak atau memperbaiki hubungan dengan pasangan—segala metode akan gagal jika tidak dimulai dengan cinta tanpa syarat, bukan karena ego ingin mengubah.
Tiga Dimensi Cinta dalam Hidup
-
Mahabbah Ilahiyah – Cinta kepada Allah.
Inilah sumber kekuatan utama. Semakin besar cinta kepada-Nya, semakin lapang dada kita menerima takdir-Nya. -
Mahabbah Insaniyah – Cinta kepada sesama manusia.
Mengasihi tanpa menghakimi. Melihat saudara, tetangga, atau siapa pun dengan ‘ainur rohmah – pandangan penuh welas asih. -
Mahabbah Nafsiyah – Cinta kepada diri sendiri.
Bukan narsisme. Tapi penghargaan terhadap diri sebagai makhluk yang layak diberi kasih, diberi waktu pulih, diberi ampunan juga.
Cinta Mengubah Segalanya
Cinta yang tulus menjadikan seseorang tidak mudah sempit dada. Ia paham bahwa:
“Kullu man ‘alaiha faan” – segala yang ada akan musnah.
Ia tak lagi cepat tersinggung, karena telah menanggalkan rasa “aku paling penting.” Ia melihat makhluk lain, bahkan binatang dan tumbuhan, tanpa dorongan untuk menilai atau menghakimi. Ia berdoa diam-diam:
Allahummaghfir li ummati Sayyidina Muhammad
Ya Allah, ampunilah umat Nabi MuhammadAllahummarham ummata Sayyidina Muhammad
Ya Allah, sayangilah umat Nabi MuhammadAllahummastur ummata Sayyidina Muhammad
Ya Allah, tutupilah aib umat Nabi MuhammadAllahummajbur ummata Sayyidina Muhammad
Ya Allah, perbaikilah keadaan umat Nabi Muhammad
Insight Mendalam: Energi Cinta Itu Nyata
Cinta bukan wacana kosong. Ia nyata. Ia menggerakkan. Rasulullah ﷺ adalah bukti hidupnya energi cinta. Lihatlah bagaimana beliau memandang manusia dengan kelembutan dan doa, bahkan kepada yang menyakiti beliau.
Saat kita berlatih membagi cinta, kita belajar untuk hidup dengan hati terbuka, untuk memaafkan agar jiwa ringan, untuk ikut bahagia atas rezeki orang lain agar hidup kita pun tidak ruwet karena iri. Karena rezeki datang dari Allah, bukan dari kompetisi sempit antar manusia.
Dari Ilmu Menjadi Pengalaman Diri
Mentorship Lapang Dada bukan hanya memberi saya pemahaman baru, tetapi menyentuh batin saya yang terdalam. Sadar cinta—dalam wujud nyata dan spiritual—mengajarkan saya bahwa:
Mempelajari hal baru sejatinya membentuk diri yang baru. Saat kita menguasainya, kita tak lagi menjadi orang yang sama.
Dan benar, saya bukan lagi saya yang dulu. Kini saya tengah mengikat ilmu, menuangkannya dalam karya dan refleksi pribadi lewat Satu Hati – THE NEW ME. Saya belajar bukan hanya untuk tahu, tetapi untuk menjadi.
🌱 Bagaimana dengan Anda? Siapkah Anda mulai membagi cinta dengan indah hari ini?
Jika Anda merasa artikel ini menggugah, sebarkan. Karena cinta, saat dibagi, tidak pernah berkurang. Ia bertambah.
PROGRAM MENTORSHIP LAPANG DADA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar