04 Juni 2025

Produktif dengan Semangat Kontribusi |The Richness of the Soul – Spirit of Contribution

Produktif dengan Semangat Kontribusi

Pagi itu saya kembali diingatkan tentang mengapa kita hidup, saat mengikuti kajian The Richness of The Soul bersama Ustadz Dedy Irawan, Ketua Yayasan WPI.

Sebuah refleksi mendalam menghantarkan pada satu pertanyaan krusial:
Apakah keberadaan kita di dunia sudah sesuai dengan tujuan penciptaan?

Allah berfirman:
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku (saja).”
(QS. Adz-Dzaariyaat: 56)

1. Saat Dunia Tak Lagi Cukup

Banyak dari kita bangun pagi dengan rutinitas yang sama, namun lupa mensyukuri hal paling mendasar: masih diberi kesempatan untuk sujud kepada-Nya.

Kita mungkin bisa menggenggam dunia, tapi tetap merasa hampa.
Karena ternyata, dunia tak akan pernah cukup bila Allah tidak hadir dalam hati.

Lihatlah, di tengah pencapaian dan popularitas, banyak yang tetap merasa kosong—bahkan memilih jalan mengakhiri hidup.
Kenapa? Karena mereka kehilangan arah. Hilang makna. Hilang Tuhan.

2. Perjalanan Ini Adalah Tentang Amal

Hidup ini bukan sekadar bergerak, tapi tentang perjalanan amal sholeh.
Segala aktivitas bisa menjadi ibadah jika diniatkan karena Allah.

“Sesungguhnya orang yang bertakwa, Allah akan jadikan jalan keluar baginya dan memberinya rezeki dari arah yang tak disangka-sangka.”
(QS. Ath-Thalaq: 2-3)

Tapi banyak dari kita terjebak dalam tiga hal:

  1. Mengejar perhatian manusia.

  2. Egois dan hanya mementingkan diri sendiri.

  3. Terlalu sibuk dengan dunia, hingga lupa tujuan hidup.

3. Rumus 2P – Kunci Rezeki dan Pertolongan

P1. Perbaiki Tujuan Hidup
Kita hidup untuk menjadi hamba-Nya yang bertakwa, bukan sekadar sukses di mata manusia.

P2. Pembuktian Cinta kepada Allah
Jika mencintai Allah, ikutilah Rasulullah ﷺ—buktikan cintamu dengan amal: sholat, sedekah, qurban, dan kontribusi untuk sesama.

“Cintailah yang di bumi, maka yang di langit akan mencintaimu.”
(HR. ath-Thabrani)

4. Kontribusi: Wujud Cinta dan Keimanan

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain.”
(HR. ath-Thabrani)

Kebaikan yang paling dicintai Allah adalah:

  • Menghilangkan kesusahan orang lain.

  • Membayarkan hutang orang yang kesulitan.

  • Memberi makan mereka yang kelaparan.

Kata Rasulullah ﷺ:
"Berjalan bersama saudaraku untuk memenuhi kebutuhannya lebih aku cintai daripada beri’tikaf di Masjid Nabawi selama sebulan."

5. Mari Bangun Amal Jangka Panjang – Wakaf Peradaban

Sedekah itu luar biasa, tapi wakaf itu luar biasa dan berkelanjutan.
Kita bisa menjadi orang yang beruntung: ketika jantung telah berhenti, pahala terus mengalir.

Melalui Wakaf Peradaban Internasional (WPI), kita membangun:

“One Stop Solution For Our Life and Afterlife.”

Wakaf adalah sekali memberi, tapi pahala terus berlipat.
Ini bukan hanya soal harta, tapi kontribusi untuk peradaban!


🌱 Ayo Bergabung dalam Gerakan Wakaf!

➡️ bit.ly/Mari_JadiOrangBaik

🎧 Ingin belajar lebih dalam?

Akses rekaman 7 sesi + materi PDF kajian The Richness of the Soul:
➡️ sekolahkehidupan.com/event/the-richness-of-the-soul?ref=DNn8D

📌 Penutup – Kita Akan Kembali

Satu hari nanti, kita akan ditanya:

  • Umur kita, dihabiskan untuk apa?

  • Masa muda kita, digunakan untuk apa?

  • Harta kita, dari mana diperoleh dan untuk apa dibelanjakan?

  • Ilmu kita, sejauh mana kita amalkan?

Jadikan hari ini momen untuk berubah.
Mari menjadi pribadi yang tak hanya baik di hadapan manusia, tapi utama di hadapan Allah.

🌟 Kontribusi adalah bukti cinta. Dan cinta yang sejati, akan selalu memberi—tanpa pamrih, hanya karena Allah.


Jika kamu merasa tersentuh dan tercerahkan, bagikan tulisan ini kepada sahabat-sahabatmu.
Karena sebaik-baik ilmu, adalah yang dibagikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Menemukan Tenang dalam Keriuhan: Seni Jeda di Tengah Dunia yang Bising

Pernahkah kita merasa dunia terlalu bising, terlalu cepat, dan terlalu penuh tuntutan? Kita mungkin berpikir, solusi terbaik adalah melarika...

Popular Posts