16 November 2025

People Pleaser, Batasan Diri, Pemulihan & Rilis Emosi: Perjalanan Menjadi Diri yang Utuh

Pelajari cara melepaskan pola people pleaser, membangun batasan diri sehat, memulai pemulihan batin, dan merilis emosi dengan bijak ala Sifillah.

Prolog — Dari Jiwa Seorang Sifillah

Bismillah…

Menjadi seorang Sifillah adalah perjalanan pulang kepada Allah sekaligus perjalanan pulang kepada diri sendiri. Dalam langkah-langkah kecil kita, selalu ada kerinduan untuk menjadi pribadi yang lebih jernih, lebih kokoh, dan lebih penuh cinta.

Namun tidak semua orang memulai perjalanan ini dalam keadaan utuh. Sebagian dari kita lahir dari luka lama, kebiasaan menyenangkan orang lain, batasan diri yang kabur, atau emosi yang lama dipendam.

Tapi sungguh… Allah Maha Baik.
Ia memberikan ruang bagi setiap hamba untuk kembali menyusun dirinya.

Artikel ini adalah ruang teduh itu.
Ruang untuk memahami mengapa kita pernah menjadi people pleaser.
Ruang untuk belajar menegakkan batasan diri.
Ruang untuk menikmati proses pemulihan.
Dan ruang untuk merilis emosi yang selama ini meminta untuk didengar.

Selamat datang di perjalanan menjadi “The New Me”.
Perjalanan menjadi diri terbaik yang Allah ridai.

1. People Pleaser: Ketika Kita Terlalu Sibuk Membahagiakan Semua Orang

Menjadi “baik” tidak salah. Tapi menjadi “baik hingga menyakiti diri sendiri” adalah belenggu yang halus dan tak terlihat.

Ciri-ciri People Pleaser:

  • Sulit berkata “tidak” meski tubuh dan pikiran lelah

  • Takut mengecewakan orang

  • Overthinking setelah setiap interaksi

  • Selalu mendahulukan orang lain, bahkan saat diri sendiri butuh ruang

  • Merasa bertanggung jawab atas perasaan semua orang

People pleaser tidak muncul dari ruang kosong.
Ia terbentuk dari pengalaman masa kecil, lingkungan yang menuntut, serta keyakinan tidak sadar seperti:

  • “Kalau aku menolak, mereka akan marah.”

  • “Kalau aku tidak membantu, aku bukan orang baik.”

  • “Aku harus berguna agar tidak ditinggalkan.”

Padahal, Allah tidak pernah menuntut kita untuk menjadi hamba yang membuat semua orang senang.
Allah hanya meminta kita menjadi hamba yang adil kepada diri sendiri dan orang lain.

Orang baik bukan yang selalu bilang “iya”.
Orang baik adalah yang menjaga hatinya tetap sehat.


2. Batasan Diri: Hak Setiap Jiwa untuk Dijaga

Dalam Islam, batasan diri adalah bagian dari adab.
Allah saja menegakkan batasan dalam syariat-Nya:
“Itulah batasan-batasan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya.”

Maka seorang Sifillah pun belajar membuat batas yang jelas.
Bukan karena ego, tapi karena cinta.

Apa itu batasan diri?

Batasan diri adalah cara kita menjaga energi, nilai, waktu, dan kesejahteraan hati agar tetap dalam kondisi terbaik.

Jenis-jenis batasan diri:

  • Batasan waktu: “Aku tidak bisa dihubungi di malam hari kecuali urgent.”

  • Batasan emosional: “Aku tidak tersedia untuk mendengarkan gosip atau drama.”

  • Batasan fisik: “Aku butuh jeda, tolong beri ruang.”

  • Batasan spiritual: “Aku tidak ingin terlibat dalam kegiatan yang membuatku jauh dari Allah.”

Batasan bukan tembok, tetapi pagar.

Pagar menjaga agar yang berharga tidak hilang, dan yang masuk adalah yang baik.

Ketika kita punya batasan diri:

  • Kita lebih ringan hidup

  • Keputusan lebih tegas

  • Relasi lebih sehat

  • Emosi lebih stabil

  • Syukur lebih terasa

Batasan adalah bentuk penghormatan terhadap diri sendiri.
Dan menghormati diri adalah bagian dari menghormati ciptaan Allah.

3. Pemulihan: Proses Lembut yang Tidak Bisa Dipaksa

Tidak ada yang pulih dalam semalam.
Pemulihan adalah perjalanan yang terasa seperti ombak—naik turun, kadang teratur, kadang tidak.

Namun setiap perubahan kecil adalah kemenangan besar.

Pemulihan terjadi ketika:

  • Kita mulai menyadari pola lama

  • Kita berhenti menyalahkan diri

  • Kita memberi ruang untuk merasakan

  • Kita menerima bahwa masa lalu tidak bisa diubah, tapi bisa disembuhkan

  • Kita memilih respons yang lebih dewasa

  • Kita belajar memaafkan tanpa harus melupakan pelajaran

Pemulihan adalah izin yang kita berikan kepada diri sendiri untuk berhenti berlari dari luka.

Dalam pemulihan…
Allah hadir begitu dekat.

Setiap air mata adalah doa.
Setiap jeda adalah ibadah.
Setiap keberanian kecil adalah bentuk syukur.

Dan saat seseorang memulihkan dirinya, ia sebenarnya sedang membangun kembali hubungan vertikalnya dengan Allah—dengan lebih sadar, lembut, dan ikhlas.

4. Rilis Emosi: Mengeluarkan yang Selama Ini Mengikat

Banyak orang takut pada emosinya sendiri.
Padahal emosi bukan musuh, ia hanyalah pesan.

Menahan emosi justru memperburuk keadaan:

  • Menjadi meledak-ledak

  • Membuat tubuh letih

  • Menjadi overthinking

  • Sulit tidur

  • Relasi renggang

  • Diri semakin menjauh dari diri

Rilis emosi adalah kemampuan mengeluarkan perasaan dengan cara yang aman dan sehat.

Cara-cara rilis emosi yang efektif:

  • Menulis jurnal untuk memberi nama pada perasaan

  • Tarikan napas sadar untuk meredakan sistem saraf

  • Menyampaikan batasan dengan jelas

  • Curhat pada orang yang aman secara emosional

  • Menangis tanpa takut dianggap lemah

  • Sujud lama-lama untuk merontokkan beban

Rilis emosi bukan tentang “melampiaskan kemarahan”.
Rilis emosi adalah menyadari, menerima, dan membiarkan emosi keluar tanpa menyakiti diri atau orang lain.

Inilah bentuk paling elegan dari keberanian batin.

Penutup — Menjadi The New Me

Perjalanan menjadi The New Me bukan sekadar menjadi versi baru, tetapi menjadi versi yang lebih dekat kepada Allah.

  • Kita berhenti menjadi people pleaser

  • Kita belajar membuat batasan diri

  • Kita melewati proses pemulihan dengan penuh kasih

  • Kita merilis emosi dengan cara yang sehat

Dan dalam setiap langkahnya, kita semakin mengenal siapa diri kita di hadapan Allah.

Sesungguhnya…
Menjadi “diri yang utuh” adalah bentuk syukur paling indah dari seorang hamba.

Hari ini, dari semua proses di atas…
bagian mana yang paling ingin Kakak perbaiki untuk menjadi The New Me?

“Aku ingin berhenti menyakiti diriku yang selalu ingin menyenangkan semua orang.”
“Aku ingin belajar mencintai diriku sebagaimana Allah mencintaiku.”
“Aku ingin menjadi Sifillah — perempuan yang hatinya lapang dan merdeka.”

Bismillah “Aku siap menjadi diriku yang baru.”


-------------------------------

Mari Bertumbuh Bersama

Jika hatimu sedang mencari arah, ingin lebih tenang,
dan rindu memperdalam makna hidup melalui ilmu yang menenangkan —
maka bergabunglah dalam WEBINAR BERSAMA

Informasi kajian free yang insyaAllah akan menuntun kita mengenal makna syukur, sabar, dan tauhid dari sisi yang lebih dalam.

📲 Klik untuk bergabung ke salurannya dan dapatkan info kajian berikutnya:
👉 WEBINAR BERSAMA

Karena di setiap ilmu yang kita pelajari dengan hati,
ada bagian diri yang sedang Allah ubah menjadi lebih baik.
Dan di sanalah, The New Me dimulai.

"Merangkul Kecewa" — Karya Terbaru Bunda Aniqq Al Faqiroh

Preview tonton disini


Ruang Pulih Bagi Jiwa yang Pernah Terluka 🥰

Pernah kecewa? Merasa doa tak kunjung dijawab?

Atau merasa hidup tak berjalan sesuai harapan?

Lewat karya Merangkul Kecewa, Bunda Aniqq mengajak kita menelusuri luka—bukan untuk meratapi, tapi untuk memahami.

Bukan untuk memperpanjang kesedihan, tapi untuk menyudahi keterpurukan.

Telah Hadir Versi Buku dan eBook

Versi eBook "Merangkul Kecewa" yang bisa kamu baca pelan-pelan, di waktu luang bisa kamu bawa di gadget kemana saja...

pesan sekarang di sini:

PESAN E-BOOK VIA WA

atau lanjut Baca Selengkapnya disini

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bicara dari Hati: Seni Berkomunikasi Tanpa Melukai & Mendengarkan dengan Empati (3)

Prolog: Sebuah Pagi yang Mengubah Cara Saya Memandang Komunikasi Pagi ini, saat mengikuti kajian Meaningful Ways bersama Kang Novie Setiab...

Popular Posts