Saat Kita Belajar Melepaskan, Kita Sedang Belajar Percaya
Inner Healing – Letting Go, Letting God
disampaikan oleh Coach Sonny Abi Kim
Kelas Inner Game Life Coach Academy
Refleksi dan penulisan oleh Sifillah
Dalam perjalanan menjadi the new me, kita sering berpikir bahwa pertumbuhan adalah tentang menambah — menambah ilmu, pengalaman, pencapaian, dan keberhasilan. Namun, semakin dalam kita berjalan, kita menyadari: justru melepaskan adalah bentuk tertinggi dari pertumbuhan.
Melepaskan bukan berarti menyerah, melainkan memberi ruang bagi Allah untuk bekerja dalam hidup kita. Inilah esensi dari Letting Go, Letting God — sebuah proses spiritual dan emosional untuk memulihkan jiwa, menemukan ketenangan, dan kembali kepada fitrah kesadaran.
Coach Sonny Abi Kim dalam kelas Inner Healing: Letting Go, Letting God menjelaskan bahwa proses ini adalah jalan menuju inner peace melalui terapi kesadaran yang disebut Letting Flow Therapy — rangkaian spiritual yang menghubungkan napas, doa, dan afirmasi.
๐ธ Letting Flow Therapy: Doa, Napas, dan Kesadaran
Letting Flow Therapy mengajak kita menyaksikan setiap rasa yang hadir dengan penuh sadar, tanpa menolak, tanpa melawan, tanpa menghakimi. Di dalamnya ada empat tahap kesadaran:
-
Saksikan (Letting Awareness Arise)
Sadari dan saksikan apa yang sedang terjadi di dalam diri. -
Izinkan (Letting Come)
Izinkan setiap emosi hadir tanpa menutupinya. -
Rasakan (Letting Stay)
Rasakan sepenuhnya, dengan napas yang teratur dan penerimaan total. -
Relakan dan Rayakan (Letting Go, Letting God)
Relakan hasilnya, dan rayakan dengan menyerahkan segalanya kepada Allah.
Empat tahap ini bukan sekadar metode, melainkan latihan spiritual untuk mengembalikan kendali kepada Sang Maha Pengendali.
Sebagaimana doa yang paling lembut adalah doa yang tak terburu-buru, begitu pula penyembuhan diri — ia membutuhkan waktu, kesabaran, dan kesediaan untuk berdiam.
๐ท Salam: Doa Terbaik dan Awal dari Penyembuhan
Sadarkah kita bahwa salam adalah doa terbaik?
Memberi salam adalah sunnah, dan membalasnya adalah wajib.
Mengucap “Assalamu’alaikum” berarti mendoakan keselamatan, kedamaian, dan kasih bagi sesama.
Maka setiap kali kita mengucap salam dengan kesadaran, sejatinya kita sedang menyalakan cahaya cinta dalam diri.
Ketenangan dimulai dari kata, karena kata adalah energi.
Seperti sabda Rasulullah ๏ทบ:
“Al-fa’lu membuatku takjub.”
Para sahabat bertanya, “Apa itu al-fa’l, Ya Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Kalimatun thayyibah.”
(HR. Bukhari-Muslim)
Al-fa’l berarti kata-kata yang baik, lebih dalam daripada sekadar afirmasi positif.
Ia adalah prasangka baik kepada Allah yang menghidupkan optimisme, melapangkan dada, dan menularkan energi kebaikan kepada orang di sekitar kita.
๐ผ Kekuatan Kata: Menjaga Prasangka Baik pada Allah
Coach Sonny mengingatkan:
“Latihlah mulutmu untuk berkata baik, meski hatimu masih bergemuruh.”
Ucapan kita adalah cermin prasangka.
Ketika kita berkata, “Ini akan berlalu,” atau “Ini yang terbaik dari Allah,”
kita sedang menanamkan keyakinan bahwa segala sesuatu dalam hidup adalah bagian dari skenario Ilahi yang sempurna.
Kata yang berulang akan membentuk zona — dan zona itu bisa menjadi husnudzon (baik sangka) atau su’udzon (buruk sangka).
Maka berhati-hatilah pada apa yang sering kita ucapkan, sebab lama-kelamaan kata itu akan membentuk realitas batin.
๐ฟ Teladan Para Nabi: Letting Go dalam Iman yang Hidup
Proses Letting Go bukanlah hal baru. Para Nabi telah mencontohkannya dalam kisah mereka.
-
Nabi Musa a.s.
Saat dikejar Fir’aun dan laut terbentang di depan, Musa berkata dengan penuh iman:“Sekali-kali tidak! Sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.”
(QS. Asy-Syu‘ara [26]: 62)Dalam kondisi mustahil, beliau tidak panik — beliau baik sangka pada Allah.
-
Nabi Ya‘kub a.s.
Ketika kehilangan Yusuf, beliau tenggelam dalam duka, namun tetap berharap:“Wahai anak-anakku, pergilah dan carilah Yusuf dan saudaranya, dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah...”
(QS. Yusuf [12]: 87)Sedih bukan tanda lemah. Sedih adalah bagian dari penyembuhan, asal tetap berpaut pada rahmat Allah.
-
Raja Thalut dan tentaranya
Dengan pasukan kecil, mereka berkata penuh yakin:“Betapa banyak kelompok kecil mengalahkan kelompok besar dengan izin Allah.”
(QS. Al-Baqarah [2]: 249) -
Rasulullah ๏ทบ
Saat pasukannya takut karena ancaman Quraisy, beliau bersabda:“Cukuplah Allah menjadi penolong kami, dan Dia sebaik-baik pelindung.”
(QS. Ali Imran [3]: 173)
Empat kisah ini mengajarkan: iman yang hidup bukan berarti bebas dari rasa takut atau sedih, tapi memiliki keyakinan yang menenangkan di tengah badai.
๐ธ Doa dan Dzikir: Bahasa Jiwa yang Menyembuhkan
Doa adalah dialog lembut antara jiwa dan Penciptanya.
Ia bukan sekadar permintaan, melainkan perjumpaan.
Doa tidak dimaksudkan untuk cepat-cepat dikabulkan, tapi untuk melatih jiwa agar tunduk dan percaya.
Rasulullah ๏ทบ bersabda:
“Akan dikabulkan doa salah seorang di antara kalian selama ia tidak tergesa-gesa...”
(HR. Tirmidzi No. 3309)
Coach Sonny menegaskan, doa yang kuat bukan yang bersifat imperatif (memaksa), tapi yang berisi pengakuan, kerendahan hati, dan penerimaan.
Seperti doa para Nabi yang dimulai dengan pujian dan kerendahan:
“Ya Allah, aku lemah... aku fakir... aku ridha atas ketentuan-Mu.”
Doa seperti inilah yang membuka jalan bagi pertolongan Allah.
๐ท 5 Cara Allah Mengabulkan Doa
-
Sesuai dengan yang diminta.
-
Ditunda agar hasilnya sempurna.
-
Diganti dengan yang lebih baik.
-
Menolak bala dan musibah.
-
Disimpan untuk pahala di akhirat.
Ketika kita memahami lima cara ini, kita berhenti memaksa waktu dan mulai menikmati proses.
Sebab doa bukan soal hasil, tapi tentang kedekatan.
Sebagaimana pesan Ibnu Atha’illah As-Sakandari:
“Belumlah menjadi hamba sejati hingga kita lebih menikmati kemesraan dengan Sang Maha Pemberi daripada sekadar pemberian-Nya.”
Artinya, doa adalah saat paling indah dalam hubungan kita dengan Allah — momen mesra antara hamba dan Tuhannya. Di situlah jiwa pulih.
๐บ Letting Go – Letting God: Latihan Ikhlas yang Menguatkan
Pemulihan sejati tidak datang dari menghindari rasa sakit, tapi dari mengizinkan diri merasakannya dengan kesadaran.
Coach Sonny mengajarkan latihan sederhana namun mendalam:
Tulis 50 pengalaman atau kejadian tidak nyaman yang pernah atau sedang Anda alami.
Lalu lakukan 4 langkah Letting Flow:
-
Saksikan – “Saya sadari, saya akui...”
-
Izinkan – “Saya izinkan, saya terima...”
-
Rasakan – “Saya alami seutuhnya...”
-
Relakan & Rayakan – “Saya lepaskan, saya serahkan pada-Mu, Ya Allah.”
Setiap napas menjadi doa:
“Ya Allah, mudahkan ikhlasku… semudah napasku.”
๐ฟ Doa & Afirmasi Spirit: Melibatkan Allah dalam Setiap Rasa
Berbeda dari afirmasi biasa, Doa Affirmasi melibatkan Allah sebagai pusat penguatan jiwa.
Contohnya:
-
Letting Come – Izinkan
“Ya Allah, hamba izinkan rasa ini hadir. Aku terima karena aku yakin, semua ini pasti baik pada akhirnya.”
-
Letting Stay – Rasakan
“Dulu aku hanya bersyukur saat bahagia, kini aku bersyukur dalam luka, kecewa, dan duka. Karena dengannya, aku merasakan sentuhan cinta-Mu.”
-
Letting Go – Relakan
“Ya Rabbi, tak pernah Engkau tetapkan sesuatu kecuali itu yang terbaik bagiku. Aku relakan segalanya.”
-
Letting God – Rayakan
“Ya Rabbi, ini hidupku dan jiwaku. Aku serahkan sepenuhnya kepada-Mu. Apapun yang terjadi, terjadilah… karena aku sudah berdoa dan berusaha.”
Latihan ini bukan sekadar kata-kata, melainkan pembebasan jiwa.
Melepaskan bukan kehilangan — melainkan menemukan keutuhan diri di bawah bimbingan-Nya.
๐ธ Doa Sebagai Napas Kehidupan
“Doa itu bincang mesra dengan Dzat Yang Maha Mencintai dan selalu menanti hamba-Nya kembali.”
Saat kita menarik napas, kita mengingat:
“Laa hawla wa laa quwwata illa billah.”
Saat menahan, kita mengucap:
“Alhamdulillah ala kulli hal.”
Saat melepaskan, kita berserah:
“Hasbiyallahu laa ilaaha illa huwa ‘alayhi tawakkaltu.”
Inilah spiritual breathing — napas yang menghidupkan kesadaran, menenangkan hati, dan menuntun kita pulang pada Allah.
๐ท Epilog: The New Me, The Surrendered Me
Menjadi versi diri yang baru bukan berarti menjadi tanpa luka.
Justru dari luka-luka itulah kita belajar makna ketundukan, belajar bagaimana mencintai dengan cara yang lebih tenang, dan berdoa dengan hati yang lebih jernih.
Letting Go, Letting God bukan sekadar konsep spiritual — ia adalah perjalanan pulang kepada Allah, dalam bentuk yang paling lembut: kesadaran dan keikhlasan.
“Ya Allah, mudahkan ikhlasku, semudah napasku...”
Let’s Practice!
Luangkan waktu hari ini. Tarik napas perlahan, sadari apa yang masih ingin kau genggam.
Bisikkan lembut dalam hatimu:
“Aku relakan, Ya Allah... aku serahkan pada-Mu.”
Dan rasakan bagaimana kedamaian mulai mengalir, setenang napas yang keluar masuk,
karena sungguh — ketika kita belajar melepaskan, kita sedang belajar percaya sepenuhnya kepada-Nya.
Latihan Selengkapnya dapat dipelajari dalam kelas INNER HEALING
Inner Healing – Letting Go, Letting God
disampaikan oleh Coach Sonny Abi Kim
Kelas Inner Game Life Coach Academy
Refleksi dan penulisan oleh Sifillah
Mari Bertumbuh Bersama
Jika hatimu sedang mencari arah, ingin lebih tenang,
dan rindu memperdalam makna hidup melalui ilmu yang menenangkan —
maka bergabunglah dalam WEBINAR BERSAMA
Informasi kajian free yang insyaAllah akan menuntun kita mengenal makna syukur, sabar, dan tauhid dari sisi yang lebih dalam.
๐ฒ Klik untuk bergabung ke salurannya dan dapatkan info kajian berikutnya:
๐ WEBINAR BERSAMA
Karena di setiap ilmu yang kita pelajari dengan hati,
ada bagian diri yang sedang Allah ubah menjadi lebih baik.
Dan di sanalah, The New Me dimulai.






Tidak ada komentar:
Posting Komentar